Postingan Populer

Sabtu, 26 Agustus 2017

Despacito vs Mantesongsamalite

Lagu Despacito yang saat ini masih booming, saya yakin sudah sering didengar orang. Despacito dinyanyikan oleh mantan ketiga saya yang bermata biru dan berambut pirang, ehm, Mas Biber. Dia menyanyikan lagu ini dengan suara merdu nan syahdu, bertiga. Saat mendengarkan pertama kali, saya begitu yakin bahwa lagu itu memang dinyanikan oleh Mas Biber khusus untuk saya. Walah,,,wis to, Mas! Jan, isin aku,,, 

Selanjutnya, ada lagu Mantesongsamalite yang juga pernah booming beberapa puluh tahun yang lalu tapi sampek sekarang belum ada pakar musik yang mengulas lagu yang beneran nyebahi ini. Dengar-dengar, pakr music Indonesa malah beralih profesi menjadi ahi musiom. Catet!! Ahli Musiom. Sedikit info, lagu Mantesongsamalite yang liriknya terkesan awul-awulan, adalah lagu kebangsaan ekstrakurikuler pramuka saya dulu. Mantesongsamalite adalah akronim dari mangan telo gosong sama-sama kulite. Bodohnya saya, saat diminta menyanyikan lagu itu, saya dan teman-teman seangkatan (mungkin adik kelas juga) senenge pol. Kalo sekarang? Ora gumun!! Saya memang asli Gunungkidul. Tapi tidak seperti itu juga kaleees! Hare gene telo gosong dipangan sak kulite? cape dueh! Kenapa tidak sekalian dibuat mangan gaplek sak jengkine? Bar kuwi, diiris kupinge, diombeni seprit. Mendem. 

Nah, kenapa saya ingin membuat perbandingan? karena saya sudah tidak tahu lagi mau menulis apa setelah beberapa waktu yang lalu saya dikirimi sebuah pesan via WA yang alih-alih penting, ternyata malah membahas lagu Despacito. “Astaga!!! Lagu Despacito memiliki arti yang sangat mengerikan.” Begitu judul tulisan yang dikirimkan kepada saya. Bulu kuduk saya langsung berlari membaca judulnya. Tulisan yang membutuhkan durasi waktu sekitar lima menit untuk membacanya itu diakhiri dengan kalimat, “jangan biarkan anak-anak Anda mendengrakannya,” Saya tertawa dengan kalimat pamungkasnya. Anake sopo, Jal? Anaknya mantan? Tendensius bener penulisnya. Ato malah ngawur? 

Ha, mbok tidak usah begitu ruwet dengan lagu ini. Toh, sebentar lagi lagu Despacito juga dibuat versi koplonya. Selow saja, Bro. Dulu juga, saat Om Telolet Om menjadi trending topik, ada yang menulis “Sebarkan! dalam bahasa bla bla bla, Om Telolet Om berarti blu blu blu” Astagaa naga, pikir saya. Mbok, ya, sekalian saja diviralkan, “Omegot ternyata lagu Mantesongsamalite alias mangan telo gosong sama-sama kulite adalah lagu yang mengajarkan tentang kenggragasan…” Misalnya. 

Asyik-asiknya saya mendengarkan lagu Despacito, seorang teman mengirim pesan. Awalnya kami membahas rambut. Entah rambut siapa, rambut apa, rambut bagian apa yang dimaksud olehnya. Panjang, pendek, keriting, hitam, putih, ato apa. Saya belum paham karena tiba-tiba dia beralih topik pembicaraan. “Pemikiranmu radikal,” 

Awalnya saya bingung saat membaca pesan itu. tapi setelah dia menjelaskan, saya malah tertawa ngakak. Saya senang saat membaca pesan itu. Setidakya saya merasa dihargai karena ada yang membca tulisan saya dan mengambil kesimpulan seperti itu. Selama ini saya berpikir bahwa radikal adalah suatu pemikiran garis keras yang dimiliki seseorang terkait dengan sesuatu yang diyakininya. 

Nahhh, ketika tiba-tiba ada beliau, Bapak ganteng yang mengatakan bahwa saya berpikiran radikal, saya kok, malah gemes, ya! langsung ingat pelajaran Pitekan tropus beberapa tahun yang lalu. “Pitekantrops itu nenek moyangmu,” kata belio waktu itu. 

“Ketemu, Yuk! Kita ngobrol sambil makan bakwan dan mendoan. Nyeruput es cendol juga. Ada banyak hal lain yang bisa diceritakan dibanding kata radikal yang saat ini sudah terlalu sering digunakan dan mempunyai definisi yang berbeda untuk setiap orang.” 

Tapi untuk kalimat ajakan seperti itu, jelas saya tidak berani. Selain karena saya takut digebuk. Takut juga dengan resikonya. Yang benar “ Sehat terus, nggih. Mugi tambah lancar rezeki panjenengan.” 

Eh, tapi kalo beneran ketemu dan makan bakwan, njenengan yang traktir, ya! Uhuk.

Selasa, 22 Agustus 2017

GAPLEK DAN RASULAN


Adakah yang belum tahu apa itu gaplek? Gaplek berasal dari singkong yang dikupas dan dikeringkan. Gaplek adalah bahan baku utnk membuat tepung thiwul dan gathot yang katanya legit dan gurih itu. Tapi kalo menurut lidah saya, ya, rasanya biasa saja. Harga gaplek saat ini sekitar delapan ratus rupiah, tidak sebanding dengan  tenaga dan keringat yang dikelluarkan untuk membuat singkong menjadi gaplek kering yang dijemur di samping rumah.
Saat musim hajatan  seperti ini, hasil penjualan satu karung gaplek tidak cukup untuk mengisi satu amplop untuk njagong.  Sampek saya segedhe ini, harga gaplek belum pernah mencape serebumaratus sekilonya. Kadang heran juga, petani daerah saya kok bisa hidup, padahal jika dihitung secara matematika, pengeluaran mereka lebih besar daripada pemasukannya.
Seperti kemarin sore. Saya njagong ke salah seorang kerabat di dusun tetangga. Setelah sebelumya emak menjual berkaung-karung gaplek untuk isi amplopnya. Eh, nggak ding. Maksud saya, tidak semuanya untuk isi amplop, tapi juga untuk beli shampoo dan obat puli. Biasa, musim hajatan adalah musimnya panen nasi bertenggok-tenggok. Nasi sebanyak itu tidak mungkin habis meski dibagikan dengan tetangga dan saudara. Sssttt, obat puli adalah formalin yang sedang balik nama, lho.
Itu belum lagi ditambah acara asulan yang sudh menjadi agenda tahunan. Harga gaplek tidak  ada seumritnya jika sudah disandingkan dengan satu kata tadi. Rasulan. Bagaimana tidak, saat upacara rasulan, setiap rumah di kampung saya akan membuat sebanyk-banyak makanan untuk disajikan kepada siapa pun yang datang ke rumah. Dari mulai jenang, juadah, lapis, keripik pisang, keripik singkong, kacang telur, kacang bawang, sayur lombok, tumis, ayam ingkung, nasi uduk, rempeyek, dan seabrek makanan lain.
Bagi emak, rasulan adalah tradisi dari leluhur yang mesti dilestarikan. Bukan hanya sebagai rangkaian proses perwujudan rasa syukur pada tuhan, tapi juga karena adanya interaksi sosial yang timbul saat perayaan rasulan. Juga sebagai sarana untuk menambah saudara. jangankan seseorang yang memang benar-benar masih saudara, orang asing yang datang untuk rasulan pun akan dijamu dan diperlakukan layaknya saudara sendiri. Begitulah, terlepas dari anggapan segelintir orang yang sudah mulai mempersoalkan hukum boleh atau tidaknya tradisi ini, rasulan tetap memiliki sisi positif yang harus dipertahankan.
Ada banyak kegiatan yang diadakan oleh dusun untuk memeriahkan acara rasulan. berbagai macam perlombaan seperti voly antar RT, lomba senam khusus ibu-ibu, juga lomba untuk anak-anak. Belum lagi jika ada tontonan yang dikhususkan untuk memeriahkan acara rasulan.
Iya. Rasulan tidak lengkap tanpa tontonan.
Yang paling terkenal, ya, Jathil, ndangdutan dan wayangan. Meriahnya acara rasulan sejenak membuat masyarakat melupakan rutinitas di ladang. Hiburan seperti ini juga sekaigus sebagai sarana untuk melupakan bon-bonan di warung yang nolnya semakin beranak pinak pasca belanja kebutuhan rasul. Oh, eta terangkanlah!
Sepuluh atau dua puluh tahun lagi, saya tidak tahu apakah tradisi rasulan masih bertahan di kampung saya. Bukan karena masalah hukum boleh atau tidaknya acara rasulan sepeti yang lebaran kemarin sempat menjadi perdebatan. Tapi karena sebagian besar generasi saat ini adalah generasi yang lebih mengenal WeA, bebeem, yutub, dan gugel daripada sothil, wajan, dan pawon.  Melakukan sesuatu yang ribet dan melelahkan sepertinya bukan keahlian generasi  ini. Tapi saya tidak pengeculian. Saya masih tahu apa itu pawon, sothil, wajan, kukusan, dandang dan tetek bengek peralatan dapur khas orang kampug.
Saat lebaran usai, sudah dipastikan bahwa rasulan adalah agenda prioritas masyarakat kampung. Setelah bulan Juli berlalu, hasil panen juga ikut berlalu. Keperluan anak sekolah, membeli air tanki, membeli jerami,  dan seabrek kebutuhan lain. Meski tradisi ini disebut juga dengan pesta panen, tapi menurut saya, lebih tepat jika disebut dengan pesta bon-bonan. Jadi, tidak usah lagi meributkan tradisi seperti ini. Rasulan bagi masayarakat yang tinggal di pedesaan adalah cara untuk menghibur diri sendiri.




Tugas Akhir Pembatik Level 4 Tahun 2023

Hei...hei...hei...Sahabat Teknologi Yogyakarta tahun 2023. Bagaimana nih, progres tugas akhir PembaTIKnya? Hari ini tenggat terakhirnya, loh...